Drucker mendorong agar manajemen selalu bertindak untuk membangun manusia yang bekerja di dalam organisasinya untuk mencapai kualitas hidup yang baik.
Media: Buku
Penulis: Peter F. Drucker
Judul: Classic Drucker
Penerbit: PT. Bhuana Ilmu Populer
Tahun: Cetakan I, 2007
Tebal: xiii + 337 hal
“Tampaknya, adalah kodrat manusia untuk bekerja. Ada yang bekerja mulai pagi hingga petang. Ada yang mulai malam sampai keesokan paginya. Ada yang menjadi atasan dan memerintah puluhan bawahan. Ada yang bekerja dengan komando dan cambuk di punggungnya. Ada yang mengembara dari satu kota ke kota lain. Ada yang menggelar dagangan di pasar. Ada yang membuka usaha di rumah. Semua itu membuat kehidupan manusia sibuk dan penuh warna.”
“Bekerja dan seluruh keriuhannya adalah tentang manusia, tentang bakat-bakatnya, tentang pencapaian keberhasilan, tentang pencarian manusia untuk menemukan makna hidupnya. Tidakkah manajemen melihat hal ini?”
Dalam manajemen bisnis modern yang menuntut perbaikan terus-menerus, alat-alat kuantitatif semakin memegang peranan penting. Idiom yang terkenal adalah kita bisa memperbaiki jika kita bisa mengukurnya. Jika sesuatu tak dapat diukur, kita tak tahu apa yang harus dipernaiki. Oleh karena itu, rumus-rumus matematika dan statistik semakin luas dipakai untuk menjalankan manajemen. Semuanya terangkum dalam satu istilah paling populer saat ini: mutu.
Kelemahan utama pola pikir manajemen kuantitatif adalah mereka tak mampu bertindak pada faktor yang bersifat kualitatif. Hal yang kualitatif tak dapat diukur, maka ia tak dapat dibenahi. Jika ia ingin dibenahi, ia harus dimanipulasi sedemikian rupa agar dapat disifati dengan angka-angka. Padahal unsur terutama dalam manajemen adalah sesuatu yang paling kualitatif, yang paling tidak dapat dikuantitatifkan: manusia. Ya! manajemen kontemporer yang mengagungkan mutu dan perbaikan terus-menerus mengangkat tangan jika menyangkut manusia. Paling-paling ia menyarankan manusia perlu dilatih dengan berbagai ketrampilan untuk meningkatkan kompetensinya. Padahal, hanya karena manusia bertindaklah, sebuah organisasi bergerak.
Manusia selalu menjadi pusat perhatian Peter F. Drucker. Manajemen, bagi Drucker, adalah tentang manusia dan performanya. Fungsi manajemen adalah bagaimana membuat manusia menjadi produktif. Namun demikian, Drucker juga melihat bahwa kerja manusia selalu dilandasi pada keinginan manusia untuk mencapai keberhasilan, meraih kepuasan, lebih jauh lagi: menemukan kebahagiaan. Sebuah organisasi, dalam kacamata Drucker, adalah tempat manusia menemukan makna hidupnya. Oleh karena itu, Drucker mendorong agar manajemen selalu bertindak untuk membangun manusia yang bekerja di dalamnya untuk mencapai kualitas hidup yang baik.
Drucker bukan hanya disebut oleh Business Week sebagai Sang Penemu Manajemen. Drucker adalah seorang pemikir serius, seorang filosof manajemen paling terkemuka. Lahir di Vienna, Austria pada tahun 1909, kemudian hijrah ke Amerika Serikat. Di usia 41 tahun artikel pertamanya yang diterbitkan oleh Harvard Business Review (HBR) berjudul “Management Must Manage!”. Di artikel ini Drucker membongkar peran manajer agar bersedia memikul beban kepemimpinan. Manajer harus diingatkan untuk melakukan hal yang benar bagi perusahaannya, bukan hanya bagi pemegang saham, dan pasti bukan hanya bagi dirinya sendiri. Para manajer selalu ingat pada staf mereka, “Mereka bukan sekedar karyawan, mereka adalah manusia.” Sebuah statement yang penuh visi dan kebijaksanaan.
Drucker wafat di akhir tahun 2005, di usia 95 tahun. Beliau meninggalkan puluhan buku, ratusan artikel, yang telah dialihbahasakan ke puluhan bahasa. Sebuah warisan yang luar biasa, dimana jutaan orang menggali pelajaran dan kebajikan manajemen. Bahkan diyakini sampai bertahun-tahun ke depan masih banyak manajer muda yang membuka-buka buku dan artikel Drucker, membaca, menandai dengan spidol kuning dan mengutipnya.
Salah satu kumpulan artikel Drucker diterbitkan oleh Harvard Business School, yang di Indonesia diterbitkan oleh PT. Bhuana Ilmu Populer: Classic Drucker. Buku tebal bersampul merah ini berisikan 14 artikel karya Drucker plus 1 wawancara yang diterbitkan sebelumnya dalam Harvard Business Review (HBR). Ada beragam topik yang dimuat dalam buku ini.
Bab pertama adalah tentang bagaimana manajer bertanggung jawab mengelola dirinya sendiri. Kutipan menarik dari bab ini adalah pemikiran Drucker bahwa “Terlalu banyak orang yang bekerja bukan dengan cara mereka sendiri, dan itu menjamin tidak adanya kinerja.” Menurut Drucker, kinerja tinggi seseorang tercapai jika seseorang melakukan sesuatu dengan cara mereka sendiri; suatu cara yang unik dan “given” sebagaimana talenta diberikan pada setiap manusia secara berbeda. Drucker mengakui bahwa setiap manusia adalah unik. Seseorang berhasil melakukan sesuatu dengan baik pada saat mereka melakukannya sesuai cara terbaik mereka.
Bab lain adalah tentang keputusan yang efektif. Kata Drucker, keputusan yang efektif selalu didasari pada pemahaman konseptual tertinggi. Manajer yang efektif tidak tertarik dalam kecepatan dalam pengambilan keputusan. Sebaliknya menganggap baik ketrampilan luar biasa dalam memanipulasi banyak variable adalah gejala berpikir yang ceroboh. Manajer yang efektif ingin mengetahui segala sesuatu di balik keputusan dan mengapa keputusan itu dibuat. Mereka menginginkan dampak alih-alih popularitas. Itu berarti mereka tahu kapan sebuah keputusan dibuat berdasarkan prinsip dan kapan dibuat secara pragmatis.
Bab lain membahas tentang fenomena outsourcing. Artikel ini diberi judul mengesankan: mereka bukan karyawan, mereka manusia. Menurut Drucker, berkurangnya hubungan antara manusia dan organisasi tempat mereka bekerja merupakan bahaya laten bagi bisnis. Tugas manajemen terpenting adalah mengembangkan bakat. Penerapan outsourcing semestinya memberikan lebih banyak waktu bagi manajer untuk saling mengenal dan memahami; membimbing dan mendengarkan; memberi tantangan dan motivasi bagi pekerjanya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa menjamurnya outsourcing disebabkan keengganan perusahaan untuk mengelola manusia. Namun Drucker memberikan visi bahwa di situlah saatnya perusahaan benar-benar mengelola berbagai bakat yang paling dibutuhkan perusahaan dalam persaingan. Di akhir artikel, Drucker mengingatkan bahwa “Pekerja mungkin beban terbesar kita, tetapi manusia adalah peluang kita terbesar.”
Masih adalah belasan bab lain yang amat menarik dipelajari, dinikmati dan ditandai.
Silakan beli buku tebal seharga sekitar Rp. 98.000 ini. Lalu baca, resapi dan timba kebajikan manajemen. Mudah-mudahan dari sana selalu ada penerus Drucker yang melihat bahwa manajemen semestinya semakin berorientasi pada manusia dan kemanusiaan, serta mengangkat harkat manusia.
November 2009