Handphone Yang Tertinggal Di Toilet

Saya pernah mempunyai dua handphone. Satu, untuk keperluan pekerjaan dan keluarga. Satu lagi, pemberian orang yang berselingkuh, yang saya gunakan untuk…?

Entah mimpi apa semalam, saya menemukan sebuah handphone di toilet hotel berbintang biasa. Bukan handphone canggih semacam smartphone, tapi handphone jadul yang cuma bisa dipakai untuk menelepon dan mengirim sms. Handphone itu terlihat seperti baru. Layar dan tombolnya nyaris tanpa goresan. Sepertinya jarang dipakai.

Ternyata handphone itu tidak dikunci dengan password. Dengan leluasa saya masuk ke menu-menunya. Saya periksa isi alamat kontaknya. Aneh, hanya ada dua nomor di sana. Lalu, saya periksa riwayat panggilannya. Saya lihat pemilik handphone ini menelepon dan mengirim sms hanya ke satu nomor dari dua nomor di alamat kontaknya. Siapa pemilik handphone ini?

Kemudian saya periksa inbox smsnya. Ada beberapa arsip sms di sana. Dengan penuh rasa penasaran, saya baca satu per satu. Mata saya berbinar-binar. Mengintip isi pembicaraan orang lain selalu mengasyikkan. Isinya penuh dengan kata-kata mesra, romantis bahkan “jorok ala orang dewasa”. Dada saya jadi berdesir.

Rupanya pemilik handphone ini seorang pria. Sedangkan lawan bicaranya seorang wanita. Mereka saling memanggil “papa-mama”. Saya menduga pria ini berselingkuh dengan wanita di sana. Mungkin handphone ini dibeli khusus untuk komunikasi gelap mereka. Pantas saja, murahan.

Muncul pikiran iseng saya. Saya mengirim sms ke “mama”, “Ma, papa kangen. Bobo yuk?” Tak lama sms saya dibalas. Jawabnya, “Masa baru bobo bareng sudah minta jatah lagi?” Aha! Kuat dugaan saya, mereka baru bertemu dan memadu kasih di hotel ini? Keisengan saya berlanjut sampai beberapa saat. Anda tak perlu tahu apa isinya. Anda bisa panas dingin dibuatnya.

Tiba-tiba si “mama” menulis sms panjang. Dia menuduh saya mencopet handphone “papa” dan mengancam akan melaporkan saya ke polisi. Dia juga menakut-nakuti, katanya, posisi saya sudah terlacak lewat handphone itu. Rupanya, dia sudah tahu yang sesungguhnya terjadi. Tak mau kalah, saya bilang, saya juga tahu siapa pemilik handphone ini. Saya bisa sebarluaskan isi sms ke internet. Saya tantang untuk ketemu si “papa” secara langsung, kalau dia lelaki jantan. Rupanya si “mama” keder juga. Akhirnya, dia bilang, silakan ambil handphone itu jadi milik saya. Tapi tolong kartu SIM dan semua sms dimusnahkan. “Ikhlas?” tanya saya. “Ikhlas!” jawabnya. Saya segera mengambil kartu SIM dan membuangnya ke selokan.

Kini saya punya dua handphone. Satu, handphone milik saya sendiri untuk keperluan pekerjaan dan keluarga. Satu lagi, handphone pemberian orang yang berselingkuh, yang akan saya pakai untuk… hhmm…???

3 Mei 2016