Konon manajemen yang baik bertindak berdasarkan fakta dan data. Itu berarti manajemen tidak butuh “alasan”. Untuk memecahkan masalah manajemen butuh “sebab”.
Konon manajemen yang baik bertindak berdasarkan fakta dan data. Itu berarti manajemen tidak butuh “alasan”. Untuk memecahkan masalah manajemen butuh “sebab”.
“Tidak ada akuntan yang bisa jadi presdir. Kalian tahu, kenapa?” Oom Gatut berbicara berapi-api. “Akuntan tidak diajarkan menjadi pengambil keputusan…!!!”
Bekerja di perusahaan yang mempunyai visi besar meski absurd dan tak logis, tetap lebih baik ketimbang di perusahaan yang tak punya angan-angan apa pun.
Yang namanya ‘sampingan’ selalu tidak pernah sungguh-sungguh. Mestinya kalau memang mau berusaha ya harus serius dan diutamakan. Bukan dijadikan sampingan.
Benarkah selama ini Oom Ale sudah berubah menjadi lebih baik setelah sekian banyak membaca buku-buku motivasi? Atau, Oom Ale hanya kecanduan membacanya saja.
Tampaknya, begitu kita memutuskan untuk bekerja di negara ini, kita perlu berani melakukan dosa. Mulai dari dosa kecil: berbohong, sampai yang besar, menyogok.
Menurut anda, doa siapakah yang dikabulkan Tuhan. Doa pengurus Serikat Pekerja? Atau, doa pengusaha yang diwakili oleh manajemen?
Inilah kisah tentang bagaimana sebuah peraturan dibuat lalu pelan-pelan dilanggar. Hingga akhirnya dilupakan. Tetapi itu lebih baik: setidaknya kita pernah punya peraturan.
“Kalau kita memilih menjadi karyawan benar maka siap-siaplah sering kena semprot atasan. Sebaiknya kita cari selamat saja. Kita turuti apa kemauan bos,” begitu kata Pak Syam.
Bos adalah pemilik perusahaan. Bos tidak digaji oleh perusahaan. Yang digaji perusahaan adalah pegawai. Jadi, jangan mengaku-ngaku bos kalau masih digaji perusahaan.