Bos adalah pemilik perusahaan. Bos tidak digaji oleh perusahaan. Yang digaji perusahaan adalah pegawai. Jadi, jangan mengaku-ngaku bos kalau masih digaji perusahaan.
Suatu hari, Lila, anak bungsu Oom Ale, bertanya, “Bos ayah di kantor siapa?”
“Bos ayah? Ya, Pak Bos dong?!”
“Jadi, yang bayar gaji ayah adalah Pak Bos?”
“Oo, bukan sayang. Ayah digaji kantor.”
“Bukan digaji Pak Bos?”
“Bukan. Memangnya kenapa?”
“Tidak apa-apa. Lila cuma ingin tahu. Hmmm… kalau yang menggaji Pak Bos siapa, Yah?”
“Ya, kantor juga..?!”
“Jadi, ayah dan Pak Bos sama-sama digaji kantor?”
“Benar. Kamu pintar, sayang.”
“Kalau begitu, sebenarnya Pak Bos bukan bos…!!”
“Pak Bos adalah bosnya ayah.”
“Bukan Yah.”
“Lho, kok bukan?”
“Soalnya, Pak Bos masih digaji kantor.”
“Memang benar, Pak Bos digaji kantor. Tetapi, Pak Bos adalah bosnya ayah.”
“Ya bukan Yah! Kalau masih digaji kantor, namanya bukan bos, tapi pegawai.”
“Kalau begitu, apa bedanya bos dengan pegawai?”
“Beda Yah! Bos adalah yang punya perusahaan. Bos tidak digaji perusahaan. Malah bos yang membayar gaji pegawai. Yang digaji perusahaan, namanya pegawai.”
“Kalau bos tidak digaji perusahaan, bos dapat uang dari mana?”
“Dari keuntungan perusahaan! Contohnya, ibu,” kata Lila sambil melirik ke Tante Nik yang duduk di samping Oom Ale. “Ibu punya usaha warung pangsit mie. Jadi, Ibu adalah bos. Setiap bulan ibu tidak terima gaji, tapi dapat keuntungan. Ibu yang membayar gajinya Mas Sugi, Mbak Narti, Mbak Uut (sekedar anda tahu, mereka adalah para pegawai warungnya Tante Nik). Ibu juga suka marah-marah kalau pekerjaan Mas Sugi tidak beres.”
“Kalau begitu, ayah ini apa dong…?”
“Ayah adalah pegawai, bukan bos.”
“Kalau Pak Bos-nya Ayah?”
“Juga pegawai, bukan bos.”
Tante Nik yang sedari tadi senyam-senyum sendiri lantas tertawa keras sambil mengepalkan tangan, “Yes! Ibu jadi bos!”
“Kalau begitu, enak dong jadi bos? Tidak ada yang memarah-marahi. Tidak takut pada siapa-siapa.”
“Tidak juga. Ibu paling takut kalau ada pelanggan yang marah-marah. Kalau sudah begitu, biasanya ibu lantas mengomeli Mas Sugi.”
Moral of the story: jangan mengaku-ngaku jadi bos, kalau masih digaji oleh perusahaan.
5 Jan 2009