Amien Wangsitalaja – Kitab Rajam

Kumpulan puisi Kitab Rajam dari Amien Wangsitalaja diberi pengantar dan dipuji oleh Sutardji Calzoum Bachri. Jika sang presiden sudah bersabda, lebih baik kita bersepakat empat rakaat.

Media: Buku
Penulis: Amien Wangsitalaja
Judul: Kitab Rajam
Penerbit: IndonesiaTera, Magelang
Tahun: 2001
Tebal: xiv + 124 halaman

“Aku tak tahu, bagaimana sebuah puisi disebut baik atau buruk. Bagus atau jelek. Aku tak tahu apa batas-batasnya. Aku juga tak terlalu peduli apakah aku mengerti isi sebuah puisi. Yang aku tahu, aku suka puisi ini. Dan tak suka puisi itu. Aku hanya membaca puisi, lalu membiarkan diriku terserap begitu saja. Dan, begitu saja pula aku menyukainya atau tidak.”

“Sayangnya, kau selalu ingin tahu mengapa aku menyukai satu puisi, dan tidak menyukai yang lain. Karena aku berusaha menjawab, maka logikaku bekerja. Menganalisa. Mempelajari di bawah mikroskop. Membuat hipotesa. Dan, akhirnya puisi itu terpisah dari diriklu. Kami tak lagi saling terpikat.”

Itulah sulitnya mengomentari sebuah puisi. Hal yang sama berlaku juga pada musik, cerpen, lukisan, film, dan buah seni lain. Tapi, biarlah kita terpisah sejenak dari apa yang kita rasakan. Masuk ke alam pikiran. Sekedar memberi kabar ini dan itu. Demi memuaskan intelek dan logika.

Saat menulis puisi spiritual (baca: Islam) kita akan terjatuh pada kalimat-kalimat penghambaan nan luhur. Kalimat penuh kerinduan, pengagungan sang Khalik sekaligus ketakutan sahaya. Atau, alternatifnya, menulis racau tentang apa-apa yang tak dimengerti orang lain. Seolah-olah hanya penyair yang tahu. Termasuk, memainkan trik hurup besar dan kecil di depan kata “aku”. Jika pembaca tak mengerti, maka itu karena sidang pembaca yang terhormat belum merasakannya.

Kumpulan puisi Amien Wangsitalaja berjudul “Kitab Rajam” ini memesona. Banyak puisi yang saya sukai pada bacaan pertama. Unik, memikat dan eksotik.

Mistikal Masokis

jika kautampar pipi kiriku
maka aku akan melamarmu
jika kau tampar pipi kananku
maka aku segera mengawinimu

ah isa
jabarkan syahadatku
jabarkan syahwatku

Provokasi 4

melampaui mushaf
istriku bukan matsna
bukan tsulats
bukan ruba’a
bukan pula fa wahidah

melalui mushaf
aku punya istri

Amien menulis hubungan spiritual dan sosial dengan gesit, saling pilin dan mengasyikkan.

Hermeneutika Negeri

ha huna
kami bayar pajak
kami sumbang darah

ha huna
kami tak mati

Coup D’Etat 5

assalamu’alaikum
selamat sore
uang
baju dinas
siasat
sepatu lars
kuman penyakit
dan kawan-kawan

di zawiyah
mari berkenalan

Amien juga punya rasa humor.

Eksepsi Mempelai 5

bermukim dalam cuaca
kita merangkai abjad
alfa yang lahir bersama omega
bersama tanah semai yang subur
dan ilmu bercocok tanam

cobalah tengok
dahan dan ranting
kebun dan rumput
basah semua

Maka di tangan Amien, puisi spiritual jadi cair. Tapi, di sisi lain, sebagaimana ciri khas puisi spiritual, ia sombong karena menggunakan kata-kata (eksotis) yang hanya dimengerti oleh sang penyair. Dan biarlah pembaca mengangguk-angguk sok mengerti, padahal… wallahualam. Di situlah kharismanya.

Kumpulan puisi Kitab Rajam diberi pengantar dan dipuji oleh Sutardji Calzoum Bachri. Jika sang presiden sudah bersabda, tak ada yang lebih baik selain bersepakat empat rakaat.

Januari 2009