Doa Karyawan Versus Doa Manajemen

Menurut anda, doa siapakah yang dikabulkan Tuhan. Doa pengurus Serikat Pekerja? Atau, doa pengusaha yang diwakili oleh manajemen?

Salah satu ritual tahunan antara perusahaan (baca: manajemen) dengan karyawannya adalah perundingan kenaikan gaji. Pihak karyawan diwakili oleh serikat pekerja (SP). Sedangkan manajemen membentuk team perunding yang diketuai oleh manajer personalia.

Ritual ini selalu ditunggu-tunggu oleh segenap karyawan dan dewan manajemen dengan penuh harap-harap cemas. Karyawan berharap agar kenaikan gaji kali ini cukup untuk menambal kenaikan harga akibat inflasi. Syukur-syukur bila bisa lebih tinggi lagi supaya ada sisa buat menabung atau menyicil motor baru. Sedangkan manajemen, terutama Pak Bos, berharap kenaikan gaji tidak melebihi anggaran.

Hasil perundingan selalu jadi ukuran keberhasilan pengurus SP di mata karyawan. Target mereka adalah kenaikan gaji setinggi-tingginya. Minimal mereka harus bisa memperjuangkan gaji sesuai upah minimum yang ditetapkan pemerintah. Bila gagal memenuhi upah minimum, pilihanny adalah: pengurus mengundurkan diri dengan penuh kesadaran, atau turun setelah didemo.

Sedangkan target manajemen adalah menahan pertumbuhan biaya tidak lebih besar ketimbang pertumbuhan penjualan agar profit bisa terjaga. Sepertinya kepentingan dua pihak ini saling bertolak belakang. Oleh karena itu perlu dilakukan perundingan atau negosiasi atau musyawarah kenaikan gaji.

***

Tahun lalu, acara perundingan kenaikan gaji berjalan berkepanjangan, bahkan melampaui tenggat waktu hingga beberapa bulan ke depan. Target yang diemban masing-masing pihak tampaknya cukup berat untuk dicarikan garis tengahnya. Mereka harus bertemu berkali-kali, menghabiskan bergelas-gelas kopi, berbatang-batang rokok, berbungkus-bungkus kacang kulit. Tetapi syukurnya, tidak sampai terjadi gontok-gontokan, apalagi demo-demoan. Itu semua berkat kelihaian Pak Ton, manajer personalia kami, yang memang sudah terlatih menghadapi situasi macam begini.

Setelah melalui beberapa kali perundingan dan tampaknya belum ada titik cerah, sekretaris SP mengusulkan agar kita sama-sama berdoa supaya perundingan bisa berjalan lancar. Ini usul yang biasa-biasa saja, tetapi buat Oom Ale, ini jadi bahan renungan: doa siapa yang dikabulkan Tuhan? Apakah doanya SP? Atau, doanya Manajemen?

Oom Ale yakin, rekan-rekan SP berdoa pada Tuhan agar tuntutannya dikabulkan. Sedangkan team manajemen berdoa agar Tuhan berkenan memenuhi permintaan manajemen. Kira-kira, Tuhan lebih mendengar dan mengabulkan doa siapa?

Mungkinkah Tuhan lebih mengabulkan doa team SP? Bukankah mereka didukung oleh doa ratusan bahkan ribuan karyawan yang notabene sangat berharap ada kenaikan gaji demi meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Mungkinkah Tuhan lebih mengabulkan doa manajemen, padahal manajemen sendiri pada hakikatnya adalah karyawan juga, yang senang kalau mendapat kenaikan gaji tinggi. Dengan kata lain, doa team manajemen belum tentu setulus dan sepenuh hati doa karyawan lain.

Menurut anda bagaimana?

***

Oom Ale tanyakan ini ke ustadz di dekat rumah, Gus Alim. Jawabnya, “Lho, kok tumben manajemen menanyakan soal doa?”

“Maaf Gus, ini bukan pertanyaan manajemen. Tetapi pertanyaan saya pribadi. Saya hanya penasaran, apakah Tuhan lebih membela SP atau membela manajemen. Kira-kira doa siapa yang dikabulkan Gus?”

“Welahdalah… kamu ini ada-ada saja. Pengabulan itu hak mutlak Sang Khalik. Kata kitab-kitab ngaji, ada syarat-syaratnya agar doa kamu terkabul. Apa kamu mau mengaji bab ini?”

“Wah, lain kali saja Gus,” bisik Oom Ale dalam hati. Oom Ale malah jadi khawatir, jangan-jangan doa Oom Ale tidak akan dikabulkan. Bagaimana bisa dikabulkan, Oom Ale ini bukan termasuk manusia yang imannya seperti berlian. Ibadah wajib saja bolong-bolong. Yang sunnah malah tidak pernah. Justru yang haram sering diterabas sambil pasang muka bloon, pura-pura tidak tahu. Mestinya Oom Ale malu sebelum berdoa minta ini minta itu kepada Tuhan.

“Begini saja,” lanjut Gus Alim, seolah tahu apa yang ada dalam pikiran Oom Ale. “Daripada kamu berdoa macam-macam yang belum tentu terkabul, atau malah ditolak, bagaimana kalau saya ajarkan satu doa yang Insya Allah dikabulkan? 99% terkabul.”

“Wah mau.. Gus, mau.”

“Doanya pendek dan gampang diingat.”

“Bagaimana doanya Gus?”

Lalu Gus Alim membisikkan beberapa kata. Oom Ale pun mengangguk-angguk takzim.

***

Kembali ke perundingan kenaikan gaji. Perundingan masih belum jua menemukan kata sepakat. Jalan masih rumit tapi beberapa perbedaan pendapat mulai terurai sedikit demi sedikit. Ketua SP menutup rapat dan meminta kita sama-sama berdoa agar apa yang kita jalani selama ini bisa mendapat berkah, dan Yang Maha Kuasa berkenan mengabulkan harapan kita. “Berdoa, mulai,” kata Ketua SP.

Oom Ale memejamkan mata. Seketika itu juga muncul ingatan tentang apa-apa yang baru saja Oom Ale lakukan selama perundingan, tentang diplomasi dan silat lidah yang Oom Ale ucapkan, tentang data dan angka-angka yang Oom Ale paparkan, tentang pujian dan rayuan yang Oom Ale tebarkan. Lalu, tanpa sadar Oom Ale melafalkan doa yang diajarkan Gus Alim, “Astaghfirullaah… astaghfirullaah… astaghfirullaah..” Oom Ale mengaku dosa.

26 Jan 2009