Untuk jadi seorang penggila jeans, saya harus siap selangkangan saya tergores setiap hari. Dan, jempol yang kuat supaya bisa memasang kancing-kancing besinya.
Semula saya pikir semua celana jeans sama. Ternyata tidak. Saya baru tahu itu setelah aktif mengikuti forum penggila jeans di internet. Kata mereka, orang yang suka memakai jeans, seperti saya ini, belum tentu termasuk kaum penggila jeans. Meski saya sudah bercelana jeans puluhan tahun, oleh para penggila jeans, saya cuma dianggap pemakai biasa. Padahal setahu saya, mereka itu masih anak-anak muda belia. Artinya, saya yang sudah memakai jeans saat mereka baru mengenal popok.
Supaya bisa disebut sebagai penggila jeans, kata mereka, ada beberapa syarat. Pertama, saya harus memakai jeans setiap hari. Saya sanggup! Bila perlu saya akan langgar aturan perusahaan yang melarang bercelana jeans di kantor. Kedua, jeans tidak boleh sering-sering dicuci. Ini bukan hal baru. Sewaktu saya mahasiswa kos dulu, saya paling malas mencuci jeans. Prinsip saya, jeans dicuci bukan karena kotor, tapi karena sudah bikin kaki gatal-gatal.
Syarat terakhir, jeans harus terbuat dari bahan denim kasar alias raw, selvedge, dengan bobot minimal 21 oz. Selain itu, harus memakai kancing logam atau button fly, bukan resletting. Semua syarat ini saya catat. Lalu saya pergi ke salah satu pembuat celana jeans tersohor di kalangan penggila jeans, Oldblue. Tujuan saya satu, memesan jeans paling keren sehingga saya bisa disebut sebagai penggila jeans.
Di sana, saya ditunjukkan jeans unggulan mereka. The beast namanya. Tak sabar, saya segera coba di fitting room. Ternyata memakai jeans dengan bobot 21 oz bukan urusan gampang. Saya harus berjuang beberapa menit sekedar untuk memasukkan satu kaki. Persoalan selanjutnya adalah kancing besi. Meski sudah mengerahkan tenaga ekstra, saya tidak mampu memasang satu kancing pun. Bahan jeans ini berat dan sangat kaku. Jempol saya sakit. Semakin dipaksa, semakin sakit. Saya coba mengempiskan perut sekuat-kuatnya supaya ada ruang untuk memasukkan kancing. Hasilnya, tiga dari lima kancing sukses terpasang. Lumayan! Total waktu yang dibutuhkan sekitar 15 menit.
Saya coba untuk berpose, berjalan, duduk dan jongkok. Tiba-tiba, maaf, bagian bawah vital saya tertekan hebat. Perut saya kontan mulas. Ini berbahaya bagi kehidupan rumah tangga. Sisi dalam selangkangan saya juga terasa perih. Mungkin tergores. Karena selain kaku, celana ini amat sempit. Keringat saya mengucur deras. Akhirnya saya menyerah.
Syarat terakhir sebagai penggila jeans tak mampu saya penuhi. Ternyata untuk menjadi keren di mata penggila jeans saya harus menyiksa selangkangan dan area sekitarnya. Saya bayangkan, betapa repotnya kalau saya harus buang hajat di toilet umum. Saya tak mau menderita hanya demi pengakuan dari sebuah komunitas.
Saya katakan pada anak muda gondrong di Oldblue, saya perlu jeans yang nyaman untuk dipakai setiap hari. Syukurlah dia cukup bijak, “Om pilih bahan yang ringan, 14 oz sudah cukup, dan memakai resleting saja.”
24 April 2016