Maaf, Kasir Tak Boleh Menulis di Rubrik Surat Pembaca

Saya belum pernah menemui ada kasir menulis Surat Pembaca di koran yang mengeluh tentang perilaku pelanggan yang menyebalkan.

Saya pernah baca di koran. Ada seorang ibu menulis surat pembaca, mengeluh tentang perilaku tak mengenakkan dari kasir di supermarket terkenal. Kasir itu menunjukkan wajah cemberut dan tidak sopan. Saat ditegur baik-baik oleh si ibu, bukannya minta maaf, kasir perempuan muda itu malah menantang dilaporkan saja ke supervisornya. Bukan cuma lapor ke supervisor, si ibu menulis surat ke koran dan dimuatlah kekesalannya ke seluruh dunia.

Menurut si ibu, kejadiannya berawal saat ia lupa menimbang buah yang dibelinya. Si kasir harus pergi ke bagian penimbangan. Namun karena enggan, ia minta bantuan petugas lain. Sayangnya tidak ada petugas yang bisa segera membantu. Si kasir pun pergi sendiri sambil bersungut-sungut. Kemudian terjadilah sedikit perang mulut.

Saya tidak tahu apa kelanjutan surat pembaca tadi. Tetapi saya berharap si kasir tidak dipecat dan kemarahan si ibu bisa reda setelah tahu namanya dimuat di koran.

Kemarin saya dan keluarga berbelanja untuk kebutuhan bulanan di hipermarket langganan. Situasi sedang ramai-ramainya. Maklum, kemarin malam minggu. Bertepatan dengan akhir bulan. Banyak pegawai sudah gajian.

Semua meja pembayaran penuh antrian. Tidak ada kasir yang berleha-leha. Mereka bekerja dengan muka serius. Menghitung barang belanjaan. Menembak barcode. Lalu menghitung uang. Mereka harus cepat dan tepat. Ceroboh sedikit saja, bukan hanya akan diomeli pembeli, supervisornya bisa ikut-ikutan marah. Bahkan mungkin mereka harus tekor karena salah menghitung uang.

Suasana sangat riuh. AC tak mampu mengusir udara panas. Meski para kasir itu sudah berdandan dengan bedak dan lipstik tebal, percuma saja. Keringat membuat riasan mereka jadi campur aduk. Tetapi itu bukan masalah besar. Yang bisa bikin kesal, jika ada mesin kasir yang tiba-tiba ngadat, label produk yang tak terbaca oleh scanner, pelanggan yang membatalkan pembelian, pelanggan yang lupa menimbang barang, sampai produk sabun yang bocor dan menetes kemana-mana, atau pelanggan yang rewel minta macam-macam sambil ngomel tak jelas.

Di antrian itu saya teringat surat pembaca yang saya ceritakan di atas. Kita sering membaca pelanggan yang mengeluh tentang pelayanan yang tak memuaskan dari para kasir. Tetapi, saya belum pernah membaca ada kasir yang menulis dukanya saat menghadapi perilaku pelanggan yang menyebalkan. Mungkin surat itu pernah ada, namun para redaktur koran tidak tertarik memuatnya. Adalah nasib kasir harus menghadapi berbagai macam pelanggan; mulai dari yang sopan, uring-uringan sampai yang genit dan jahil.

1 Mei 2016