K. Usman – Pengantin Luka

Tidak ada yang patut dipersalahkan pada cerpen-cerpen K. Usman. Meski tampak sederhana, mudah, ringan, sebenarnya Pengantin Luka adalah terapi juga nasehat-nasehat yang baik.

Penulis: K. Usman
Judul: Pengantin Luka
Penerbit: Penerbit Buku Kompas, Jakarta
Tahun: Januari 2006
Tebal: xiv + 154 hal

Membaca cerpen-cerpen rumit melelahkan juga. Saya ingin membaca cerita-cerita sederhana. Bukannya bermaksud menafikan bahwa hidup memang rumit. Namun saya percaya, selalu ada cara untuk membuatnya tampak sederhana. Kali ini saya butuh semacam dongeng yang menghibur. Tentu sudah bukan waktu saya terpesona pada kisah putri raja dan pangeran yang berakhir bahagia. Saya tak mau dikibuli. Hanya saja, saya siap menjadi anak kecil yang antusias mendengar kisah-kisah jatuh bangunnya manusia dalam merenangi kehidupan ini. Saya pun membuka-buka lagi buku kumpulan cerpen “Pengantin Luka” karya salah satu cerpenis senior Indonesia, K. Usman.

15 cerpen dalam buku ini cukup menghibur dalam arti ia tak meninggalkan perasaan yang mengganjal. Persoalan tentulah ada. Konflik dan progresinya ditampilkan satu per satu. Namun semua itu seolah bisa terselesaikan dengan legawa. K. Usman tahu pembacanya tak ingin berlarut-larut dalam pertanyaan-pertanyaan yang tak perlu yang biasanya menghantui saat membaca cerpen-cerpen mutakhir.

Beberapa cerita memasang alur yang berkelok tajam menggiring pembaca ke hal-hal yang tak dinyana. Namun itu bukan berarti kita akan kehilangan petunjuk. Kita dengan segera bisa memperkirakan beberapa skenario.

K. Usman menutup cerita-ceritanya dengan argumen, “Percayalah semuanya akan baik-baik saja. Manusia punya kekuatan untuk menerima, mengatasi bahkan melupakan persoalannya.”

Dalam cerpen-cerpen Pengantin, Bukan Pelabuhan terakhir, Malam Minggu, Tak Ada Kata Kalah, K. Usman tak ingin membuat pembacanya sedih. Meski persoalan dan godaan yang dihadapi tokoh-tokoh cerpen ini cukup pelik, cerita berakhir melegakan. Pelajaran dari K. Usman, keteguhan menolong kita tetap utuh.

Beberapa cerpen, seperti Berawal Pada Suatu Malam, Terkenal Dan Kaya, Misteri Seorang Wanita, diakhiri dengan cara yang agak mengecewakan. Dalam Berawal Pada Suatu Malam sang antagonis meninggal dunia begitu saja. Ini ending favorit cerita-cerita sinetron ketika konflik menjadi terlalu sulit dipecahkan. Tampaknya K. Usman tak terlalu tertarik pada bagaimana menemukan jalan keluar. Sebagaimana kematian, persoalan tidak selalu harus dipecahkan, melainkan diterima sebagai sesuatu yang niscaya.

Terkenal Dan Kaya adalah cerita yang berkelok tajam, seolah ditulis di saat-saat yang berbeda dengan ide-ide yang bermunculan liar. Awal cerita yang semula mengasyikkan tiba-tiba berujung pada kisah murung. Tapi K. Usman tak mau pembacanya merasa terganjal. Ia memberi satu kalimat hiburan, yang senada dengan kebanyakan cerpen-cerpennya: Gadis masih tetap perawan.

Yang agak beda adalah Cinta Dan Luka. Cerita ini khas cerpen-cerpen Indonesia akhir tahun 80-an dan awal-awal 90-an. Tentang Jakarta yang menindih siapa pun yang berjalan di bawahnya. Tidak seperti cerpen-cerpen lainnya di buku ini, K. Usman membiarkan kita merasakan getirnya disepak oleh raksasa bernama Jakarta.

Pelangi dan Si Ong adalah dua cerpen yang bernuansakan politik. Si Ong bercerita tentang hubungan warga negara keturunan Cina dengan lingkungan sekitar. Ong harus mengungsi saat kerusuhan. K. Usman mengungkap relasi yang baik itu akan menolong Ong dalam menghadapi waktu-waktu sulit. Sedangkan di cerpen Pelangi K. Usman bercerita tentang pelukis Giri yang baru kembali dari pengasingannya lantaran dicap komunis. Lagi-lagi K. Usman memenangkan perdamaian.

K. Usman menulis juga beberapa cerpen untuk bersenang-senang. Denyut Jakarta, Pengawal, Pohon Jambu, adalah cerita-cerita ringan pelepas penat. Tidak ada yang salah dengan cerpen-cerpen bertema seperti ini. Bukankah dalam diri dewasa kita selalu ada sisi kanak-kanak yang mengharapkan hidup ini baik-baik saja. Cerpen berjudul puitis Lebih Hitam Dari Malam adalah semacam dongeng bagi para dewasa tentang baik dan buruk. Sedangkan Bidadari jika tanpa adegan bidadari bugil tentu lebih cocok dibaca oleh anak-anak kita.

Tidak ada yang patut dipersalahkan pada cerpen-cerpen K. Usman. Meski tampak sederhana, mudah, ringan, sebenarnya Pengantin Luka ini adalah terapi yang baik. Ia juga nasehat-nasehat yang baik. Dewasa seperti kita pun perlu diingatkan melalui dongeng-dongeng yang menentramkan dari Pak Haji Kurnia Usman.

Juni 2010