Saya bukan hanya percaya bahwa cinta pada pandangan pertama itu ada. Saya bahkan percaya adanya “jodoh pada pandangan pertama” di kehidupan nyata ini.
Awal tahun 1984. Saya baru menginjak semester genap kelas 1 SMA. Di kantin sekolah, teman saya dari lain kelas, Agus, bilang di kelasnya ada murid baru, pindahan dari SMA lain. “Anaknya kecil. Hitam. Nanti siang, sepulang sekolah, aku tunjukkan dia ke kamu,” kata Agus.
Pulang sekolah, saya menunggu di seberang jalan. Agus muncul. Saya heran kenapa dia begitu bersemangat mau menunjukkan anak baru itu ke saya. “Itu anaknya. Yang kecil. Hitam,” kata Agus sambil menunjuk ke pintu gerbang sekolah. Di sana memang ada anak perempuan. Kecil. Hitam. Manis.
Sesaat terjadi sesuatu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Tubuh saya tiba-tiba melunglai. Seolah seluruh persendian lenyap begitu saja. Lutut saya bergetar lemas. Beberapa detik kesadaran saya hilang. Pandangan saya terpana. Badan saya beku. Lalu terdengar bisikan di telinga saya, entah dari siapa, “Dia akan jadi istri saya.” Bisikan itu terdengar jelas. Saya percaya itu turun dari langit. Sejak itu, urusan asmara saya telah selesai. Tugas saya adalah mewujudkannya.
Beberapa hari kemudian, saya menemui gadis itu di kelasnya. Sendirian. Saya ajak kenalan. Selanjutnya jalan asmara seolah terbuka lebar. Selama SMA kami tidak berpacaran. Tetapi teman-teman tahu, saya ada hati ke dia. Untung saya punya teman-teman yang baik.
Tidak ada yang kaget ketika akhirnya saya menikah dengan gadis itu. Yang mungkin mengagetkan adalah kami menikah begitu cepat. Waktu itu umur kami baru menjelang 21 tahun. Ada orang yang menganggap kami kawin karena “kecelakaan”. Tetapi kami buktikan kalau dugaan itu meleset. Ada yang bilang pernikahan di usia dini takkan lama. Kami berdoa dan berusaha agar hal itu tidak terjadi.
Love at the first sight. Jatuh cinta pada pandangan pertama. Ini kalimat yang menurut kebanyakan orang hanya ada di film dan novel romantis saja. Hampir 99% orang tak percaya ada cinta pada pandangan pertama. Suka pada pandangan pertama mungkin ya. Tetapi cinta? Rasanya tidak. Dalam kehidupan nyata, cinta tidak seindah cerita.
Tetapi, saya percaya. Bukan hanya percaya ada cinta pada pandangan pertama. Saya malah percaya adanya “jodoh pada pandangan pertama”. Saya percaya pada intuisi. Yang membuat kita tak percaya pada cinta pada pandangan pertama, karena kita mengabaikan firasat. Kita terlalu banyak pertimbangan, alasan, harapan dan ketakutan.
24 April 2016