Begitu halaman halaman terakhir novel ini ditutup, barulah dipahami mengapa tokoh yang satu ini begitu kesohor, jauh melebihi popularitas sang penulis novel.
Media: Buku
Penulis: Bram Stoker
Judul: Dracula
Penerbit: PT. Gramedi Pustaka Utama
Tahun: Cetakan I, Mei 2007
Tebal: 528 hal
“Ya, kita suka misteri. Maka biarkan misteri tetap tersimpan rapi dalam peti-peti berdebu, di ruang-ruang gelap, yang tak bermata, tak bertelinga, tak berucap.”
“Ya, kita tak suka kejahatan. Maka biarkan kejahatan dicaci, diburu, dan termusnahkan dalam terang matahari.”
“Apakah kita menyukai atau membenci misteri sebuah kejahatan? Maka biarkan kejahatan terpenggal, sedangkan misterinya menghantui.”
Rasanya tak ada dari kita yang tak mengenal nama Dracula. Sang pangeran kegelapan. Yang datang pada malam-malam seram. Menorehkan kehadiran dengan dua lubang bekas gigitan taringnya di leher. Dracula adalah ikon vampir yang paling kesohor dibanding para vampir lain yang pernah ditulis atau diceritakan sebagai kisah rakyat bangsa Eropa.
Kebesaran Dracula sebagai tokoh seram bahkan melebihi karakter-karakter seram kontemporer lain, seperti Frankenstein, Dr. Jekyl and Mr. Hyde, ataupun Werewolf. Ironisnya, nama sang pencipta karakter Dracula justru tak banyak dikenal. Sampai ketika Francis Ford Coppola menyutradari “Bram Stoker’s Dracula” di tahun 1992, barulah kita disadarkan bahwa inilah cerita Dracula yang diadaptasi langsung dari versi aslinya; dari sang pencipta: Abraham “Bram” Stoker.
Hampir lima belas tahun kemudian novel “Dracula” karya Bram Stoker diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Gramedia Pustaka Utama. Dikemas dalam sampul hitam, berkesan lusuh, dengan tulisan merah yang lagi-lagi secara ironik membuat nama sang pengarang nyaris tak terbaca. Tepian kertas buku ini disapu dengan warna merah seolah ingin menegaskan keseraman novel setebal 528 halaman ini. Entah mengapa novel ini harus menunggu sekian lama untuk diterbitkan dalam bahasa Indonesia.
Bram Stoker menggunakan teknik epistolary dalam menulis novel “Dracula” ini. Kisah “Dracula” disampaikan melalui serangkaian catatan harian, surat-surat, telegram, rekaman fonograp, bahkan kliping koran. Cara ini mungkin ditujukan untuk meyakinkan pembaca bahwa sang tokoh memang benar-benar ada. Hampir setiap karakter dalam novel ini menulis catatan tentang kejadian-kejadian. Akibatnya kita akan diajak berpindah dari satu kesan ke kesan lain.
Problematikanya adalah tidak ada seorang tokoh pun yang karakternya dibangun sedemikian jelas. Semua karakter dan latar belakang para tokoh dibangun berdasarkan kesan dan pengetahuan sang penulis catatan. Lebih rumit lagi, sistematika Bram Stoker dalam menentukan siapa menulis kejadian apa juga tidak cukup jelas, kecuali pada bagian-bagian awal ketika Jonathan Harker terperangkap dalam puri Dracula.
Namun mungkin itu yang menjadi kekuatan novel ini, yang menyebabkan nama Dracula begitu menjulang: misteri. Dari bab awal sampai akhir, kita tidak mengetahui secara jelas apa motif Count Dracula keluar dari purinya dan berusaha menetap di Inggris. Apakah ia ingin mengawini Wilhemina “Mina” Murray, calon istri Jonathan Harker, sebagaimana yang diadaptasi dalam filme Francis Ford Coppola? Atau, ia ingin menguasai dunia, sebagaimana yang dipikirkan oleh Abraham Van Helsing, profesor Belanda yang merasa punya tugas mengejar dan memusnahkan vampir itu? Kita tidak cukup mendapat kejelasan tentang Dracula.
Hal yang cukup jelas adalah yang disampaikan sendiri oleh sang Pangeran: ia adalah keturunan bangsa Szekely yang bangga pada kepahlawanannya mengusir bangsa asing dari negeri leluhur. Selain hal itu, Bram Stoker hanya menuliskan dugaan-dugaan. Bram Stoker sendiri tidak secara langsung mengaitkan apakah Dracula adalah Pangeran Vlad III alias Vlad Dracul.
Semua ketidakjelasan ini adalah sumber imajinasi yang amat luas bagi para pembaca. Imajinasi ini menuntun pembaca untuk berjalan ke sudut-sudut gelap menebak apa dan siapa sesungguhnya sang Dracula. Syukurlah, Bram Stoker memberikan beberapa bantuan imajinatif yang luar biasa, seperti misal: bayangan Dracula tak tampak di kaca (sebuah penemuan Bram Stoker yang sungguh menyeramkan), Dracula tetap dapat hidup di siang hari, namun dalam keadaan yang lemah dan tak dapat menggunakan kekuatan gaibnya (lagi-lagi temuan Bram Stoker yang menggetarkan), kemampuan Dracula untuk berinteraksi dengan korbannya, Mina Harker, secara telepatif, dan berbagai kemampuan imajinatif.
Novel Stoker ini juga menjadi ladang yang subur bagi berbagai adaptasi. Seperti misal: tiga pengantin Dracula yang dalam novel ini tak mendapat karakter jelas, selain sadis, seduktif dan mengerikan justru menjadi inspirasi dan tokoh kuat dalam film “Van Helsing”. Tokoh Abraham Van Helsing dalam adaptasi film “Van Helsing” diceritakan mempunyai adik yang siap meneruskan tugas kakaknya membasmi vampir. Pertemuan Jonathan Harker dan Count Dracula merupakan bagian yang menarik untuk diadaptasi dalam Guest of Dracula. Bahkan segmen di assylum Dr. Seward, dimana Renfield, pasien gila, terpengaruh oleh kekuatan Dracula memberikan banyak ide dan kengerian.
Rasanya di situlah kekuatan novel Bram Stoker ini, sehingga Dracula menjadi begitu mencuat. Ia memberikan tempat paling jahat pada sang Pangeran, ia menyediakan lahan luas bagi imajinasi dan adaptasi, ia membolehkan semua tokohnya direka-ulang dalam berbagai interpretasi, ia bersinggungan dengan berbagai hal yang nyata namun sebaiknya diragukan (seperti: sejarah, teknik-teknik kedokteran, hypnoterapi, kliping koran, dan lain-lain.) Ia menggabungkan berbagai mitos dengan terminologi modern yang menyeolahkan Dracula adalah tokoh nyata. Ia mengkombinasikan rasionalitas dan mistis, cara berpikir kekanak-kanakan dengan investigatif.
Cerita diawali saat Jonathan Harker, seorang pegawai dari kantor konsultan hukum (bandingkan dengan di film Coppola, Jonathan adalah pegawai real estate) datang ke puri Dracula untuk membantu mengurus bebagai hal sehubungan dengan rencana Dracula membeli rumah dan menetap di London. Tiba-tiba Jonathan sadar bahwa ia terperangkap di puri seram itu. Ia bertemu dengan tiga vampir perempuan yang nyaris menghabisi nyawanya.
Dracula pun datang ke Inggris. Kedatangan Dracula ke Inggris diberitakan melalui kejadian-kejadian aneh yang menyeramkan. Semua awak kapal yang membawanya hilang satu per satu dan hanya menyisakan sang nahkoda. Sesampainya di Inggris, Dracula langsung menebar kejahatan. Ia sempat mengigit Lucy, rekan karib Mina (tunangan Jonathan). Lucy sakit. Tiga pria yang melamarnya, Arthur (kemudian menjadi Lord Goldaming), Dr. Seward dan Quincey Morris, dibantu Prof. Van Helsing berusaha sekuat tenaga menyembuhkan penyakitnya. Perlahan Lucy mulai berubah menjadi vampir, namun akhirnya mati dalam sebuah serangan serigala misterius. Justru itulah saat yang bagus bagi Lucy untuk benar-benar menjadi vampir dan meneror penduduk kota Withby.
Kematian Lucy mengusik Dracula. Sebelum meninggalkan Inggris, ia mengigit Mina. Pengejaran pun dimulai. Jika Dracula tak dibasmi, maka Mina akan tertinggal menjadi penerus kejahatan Dracula.
Kecepatan cerita berjalan variatif. Terkadang cepat. Terkadang begitu lambat. Cerita berjalan paling lambat terjadi saat Bram Stoker menceritakan perubahan-perubahan pada diri Lucy. Mungkin ini ditujukan untuk meyakinkan bahwa Van Helsing benar-benar butuh waktu untuk memahami Dracula.
Dari segi sastra pun, tidak ada kalimat yang menarik dikutip. Alur cerita lurus-lurus saja. Teknik epistolary secara konsisten dipertahankan oleh Bram Stoker. Dalam beberapa hal, ada keanehan dalam penggambaran karakternya. Misal: Jonathan yang rasional begitu shock hingga menjadi cengeng. Sedangkan Mina yang telah digigit Dracula tak jatuh shock malah menjadi tajam dalam menganalisa kepergian Dracula. Van Helsing, tokoh yang diceritakan tegas di banyak kesempatan tampak lemah dan tak tega hati. Yang cukup konsisten adalah Quincey Morris, orang Amerika yang gagah berani dan periang, yang akhirnya membunuh Dracula sebelum ia pun meninggal dunia.
Begitu halaman halaman terakhir novel ini ditutup, barulah dipahami mengapa tokoh yang satu ini begitu kesohor, jauh melebihi sang penciptanya sendiri. Ia selalu dalam misteri. Ia membiarkan dirinya menjadi imajinasi sebuah kejahatan yang sempurna.
Desember 2009