Waltz Buat Kantor

# 1

Masalah produksi
omelan direksi
tak menunda tiga baris puisi

# 2

Dari presentasi
ke presentasi
aku bermeditasi

# 3

Performa ma’rifat kami
tak perlu lewat
uji QC

# 4

Menggubah bertebal-tebal
ISO, CPOB, OHSAS, HACCP
tak membuatku jadi pujangga

# 5

Lawang,
mendung di langit
dan di jurnal akuntansi

# 6

Dari ujung telepon
sampai ujung got limbah
selalu ada alasan

# 7

Demi rapat direksi
Bismillaah
aku jama’ Dhuhur dan Ashar

# 8

Seekor semut
di lipatan laporan akuntansi
tak peduli laba rugi

# 9

Aku rapat
maka
aku ada

# 10

Untuk gedung baru
tak sabar menunggu mekar
direksi menanam bunga plastik

# 11

Sandwich manajemen:
simulasi, fakta,
simulasi

# 12

Covey,
jangan akali aku dengan kisah
pohon yang pandai bicara

# 13

Betapa mulianya kami
dalam plakat
code of conduct

# 14

Bolehkah kusiakan jam kerja
bersama kopi pagi
dan kabut Lawang?

# 15

Setinggi tinggi
mendaki tangga organisasi
aku tetap kuli

# 16

Bukan kartu tanda penduduk
Bukan pula surat ijin mengemudi
Tapi, Garuda Frequent Flyer

# 17

Sejuk angin Lawang
mengetuk jendela ruang rapat
kami tak mengijinkannya masuk

# 18

Adakah percakapan usai jam kantor
selain suara mesin fax dan
remas kertas di tempat sampah?

# 19

Orang-orang ini kesal
pada mesin yang bodoh dan
otak yang pintar berdiplomasi

# 20

Melintas di bawah teduh
Trembesi tua tak beruban
manajer muda mendadak renta

# 21

Tiga puluh ribu kaki di atas laut Jawa
Osaka geram, Jakarta gelisah
adakah bahagia dekat-dekat sini?

# 22

Sayang sekali,
kami tak menghirau
lukisan Srihadi di ruang rapat

# 23

Kanpai..!
berdenting gelas-gelas
beer, tea dan ginger ale

# 24

Saat kami berdebat
embun teh hangat
mengelindap diam-diam

# 25

Celaka,
manajemen percaya
manusia dikira kayu mati

# 26

Rupanya kita merasa lebih pintar
dari Drucker, juga lebih rumit
dari jaringan selokan ibukota

# 27

Di dapur Bu Sartum
kami dilarang berseteru
untuk secangkir kopi pagi

# 28

Bertanya pada Kitab Rasul
mana yang lebih mulia
buruh atau juragan?

# 29

Jam tangan dari Tokyo
tak berkutik
kami datang terlambat

# 30

Pekik burung sore
di antara derum
mesin genset

# 31

Pernah aku tulis
rencana-rencana karirku
Tuhan terpingkal berderai-derai

# 32

Bagaimana mungkin
kutulis laporan akuntansi
sepolos sanjak Li Bai?

# 33

Di kantin
menggunjing juragan
tanpa sekalipun tersedak

# 34

Sia-sia
dua belas jam jadi kuli
tanpa menyicip sebait puisi

# 35

Menggadai puisi
di meja perundingan
kenaikan gaji

# 36

Tercenung di pantry
bersama kopi
dan ngiang omel atasan

# 37

Maaf tuan,
tak ada lembur malam ini
hujan menjemputku pulang

# 38

Waktu terus berdetik
dalam
komputer padam

# 39

Perdu di got pabrik?
ia mengangkat bahu
seakan mustahil

# 40

Tahun berlalu cepat
dari angka penjualan
menelikung alasan-alasan

# 41

Trembesi menguncup
sedari tadi
rapat tak jua berhenti

# 42

Mesin lambat ini
butuh oli
bukan diplomasi

# 43

Tuan berpidato
yang itu
dan itu lagi

# 44

Akankah cemara terpingkal
bila menyimak
kami berdebat?

# 45

Tuan kira
tak ada kehidupan
setelah rapat?

September – November 2010