Tips Mengkritik Atasan

Salah atau benar, atasan selalu merasa benar. Kritik berarti mempertanyakan kekuasaannya. Semakin anda keras mengkritik, semakin kukuh atasan mempertahankan pendapat.

Ada atasan yang cukup baik dan menyadari bahwa ia perlu “dikritik” oleh bawahannya. Mereka berusaha berbicara dan mendengarkan baik-baik apa yang disampaikan oleh bawahannya. Mereka juga membangun lingkungan yang mendorong bawahan berani mengajukan sesuatu pada atasannya. Tetapi kebanyakan dari kita tidak bekerja untuk atasan sebaik itu.

Bagaimana jika anda memiliki pendapat tentang atasan anda? Mungkin anda tak berani mengatakannya secara langsung. Mungkin anda lalu membuat kasak-kusuk yang hanya akan membahayakan diri anda sendiri. Bila anda memiliki sesuatu usul perbaikan (baca: kritik) untuk atasan namun anda khawatir atasan akan menanggapinya secara lain, mungkin anda bisa mencoba beberapa tips berikut ini.

1. Kenali atasan anda.

Pertama kali, anda harus mengenal seberapa jauh atasan anda bisa menerima kritik, terutamanya dari anda. Apakah anda dan atasan sering berinteraksi secara informal? Apakah atasan anda cukup luwes dalam menerima masukan? Bila atasan anda adalah seorang yang terbuka, anda bisa kemas kritik dengan baik. Namun, bila atasan anda adalah pribadi yang sulit menerima kritik, sebaiknya anda berhati-hati. Jangan sampai anda dituduh menyalah-nyalahkan atasan.

2. Sampaikan kritik yang absah.

Jangan ajukan kritik sebagai kritik. Ajukan kritik seperti layaknya anda menyampaikan informasi. Dengan demikian kritik bukanlah serangan terhadap pribadinya secara emosional, melainkan sumber informasi yang berharga. Dukunglah kritik anda dengan keterangan dan data yang obyektif serta bisa dipercaya. Ajukan sedemikian rupa sehingga atasan terdorong untuk mempelajari informasi tersebut. Dengan demikian anda dan atasan terlibat bersama-sama dalam melakukan perbaikan.

3. Ketahui apakah atasan anda adalah pihak yang tepat dikritik?

Terkadang atasan anda bukan pihak yang tepat untuk dikritik. Beliau cuma melakukan sesuatu berdasarkan garis komando. Untuk itu pelajari apakah pada tempatnya anda melontarkan kritik itu pada beliau. Jangan sampai anda dianggap sebagai orang yang terlalu banyak mengeluh atau menyebarkan desas-desus di kantor. Sampaikan usulan dan kritik pada pihak yang tepat agar bisa ditindaklanjuti dengan baik pula.

4. Akui: bos adalah bos.

Salah atau benar, atasan selalu merasa benar terlebih dahulu. Seringkali kritik berarti mempertanyakan kekuasaannya. Jadi semakin anda bersikeras dengan kritik itu, semakin kukuh atasan anda mempertahankan pendapatnya. Pelajari terlebih dahulu bagaimana atasan anda memandang persoalan tersebut. Kemudian sampaikan keadaan yang menurut anda perlu diubah, dengan demikian kritik anda dapat dianggap sebagai masukan yang produktif.

5. Kreatiflah, kritiklah diri sendiri sebelum mengritik atasan.

Jadilah orang yang cerdik dalam mengritik atasan. Berpikirlah kreatif. Susun rencana dengan baik, kemudian tanyakan pada diri sendiri, apakah atasan bisa menerima kritik yang disampaikan dengan cara tersebut? Ingat, tujuan anda adalah memperbaiki keadaan, bukan memicu emosi atasan. Tunjukkan bahwa anda pun terbuka untuk dikritik. Bila anda tak mampu menangani kritik yang ditujukan pada diri anda, bagaimana anda mengharapkan orang lain mau menerima kritik anda.

6. Minta bantuan? Pertimbangkan baik-baik.

Ada kebiasaan menggunakan mulut orang lain untuk menyampaikan kritik. Berhati-hatilah bila anda menggunakan cara ini. Jangan merasa yakin orang lain berada di pihak anda. Hadapi atasan anda secara langsung. Jadikan kritik anda sebagai persoalan untuk dipecahkan bersama. Misal: bila anda mengeluh karena atasan selalu tidak tepat waktu dalam memberikan data, anda bisa katakan bahwa anda mempunyai kesulitan untuk menyusun laporan bila data yang masuk tidak tepat pada waktunya. Kemungkinan besar atasan anda akan segera membantu anda. Bandingkan dengan bila anda berkata, “Bos, anda selalu terlambat memberikan data. Kalau begini terus, saya bisa susah.” Lalu perhatikan apa komentar bos anda.

7. Sadari: keputusan akhir berada di tangan atasan.

Anda boleh mengajukan kritik dan saran-saran. Anda pun boleh mengajukan argumen panjang lebar. Tetapi akui bahwa semua keputusan akhir tentang perbaikan itu berada di tangan atasan. Jangan terlalu ngotot untuk menggoalkan kritik anda. Anda bisa dianggap merongrong kekuasaannya. Biarkan atasan anda berpikir dan memutuskan sendiri dengan baik.