Mau Meminjami Uang, Harus Mau Repot

Zaman telah berubah. Sekarang mereka yang butuh pinjam uang tak sungkan lagi memaksa-maksa yang dimintai tolong. Anda berani meminjami uang, ya harus berani repot.

Atiek adalah teman karib istri saya. Sudah lama mereka tidak saling bertemu. Atiek tinggal jauh di kota lain. Pagi itu, Atiek menelpon istri saya. Bercerita tentang masalah keluarga. Ujung-ujungnya dia pinjam uang beberapa juta. Istri saya tak keberatan. “Aku ngomong sama suami dulu ya?,” pinta istri saya.

Tak berapa lama Atiek menelpon lagi, menanyakan apa istri saya sudah dapat persetujuan dari saya? Dijawab oleh istri saya, “Aku sudah kirim sms tapi belum dijawab.” Atiek mendesak istri saya untuk menelpon daripada sekedar mengirim sms. Lalu istri saya menelpon saya, menceritakan permintaan Atiek. Saya sama sekali tidak keberatan. Selain teman dekat, Atiek pernah pinjam uang dan dikembalikan sesuai janjinya.

Istri saya mengirim sms ke Atiek. Isinya, kami setuju meminjaminya uang sesuai yang diminta. Atiek membalas dengan mengirimkan nomor rekening bank BCA dan minta ditransfer segera. Istri saya menjawab, dia akan mentransfer lewat bank BRI karena paling dekat dengan rumah. Maklum, kami tinggal di kecamatan kecil.

Atiek keberatan bila dikirim via BRI. Dia khawatir uangnya tidak bisa diterima saat itu juga. Dia minta ditransfer dari BCA. Balas istri saya, “Tetapi BCA ada di kota.” Itu sekitar 15 km dari rumah. Lagipula tidak ada bedanya dikirim melalui BRI atau BCA. Atiek membalas, dia minta dikirim lewat BCA. Dia butuh uang itu sekarang.

Istri saya sebenarnya ogah-ogahan tetapi dia berangkat juga ke kota. Sebelum ke BCA, istri saya harus menarik uang dulu di ATM BRI. Seperti biasa, BCA selalu sibuk. Istri saya menunggu beberapa lama sebelum akhirnya dilayani dan diberitahu teller bahwa nomor rekening yang dikirim Atiek salah. Istri saya mengirim pesan ke Atiek bahwa nomor rekeningnya keliru.

Atiek tak segera membalas. Ditelpon pun tidak diangkat. Karena kesal, istri saya pulang. Di perjalanan pulang, istri saya mendapat balasan nomor rekening yang benar dari Atiek disertai pesan, “Tolong ditransfer sekarang.” Istri saya tak jadi pulang. Ia putar balik kembali ke BCA. Kembali antri. Lalu akhirnya berhasil mengirim uang. Istri saya memberitahu Atiek bahwa uang sudah dikirim. Atiek menjawab, “Terima kasih.”

Malam hari, sepulang saya dari kantor, istri saya menceritakan pengalamannya hari itu dengan Atiek. Kata istri saya, “Di zaman sekarang ini, orang yang butuh pinjam uang tak sungkan memaksa-maksa yang dimintai tolong.” Saya hanya bisa memeluk istri saya, “Mau meminjami uang, ya harus mau repot.”

17 April 2016