Pagi Dan Sesudahnya

# 1 \ 22 Agu 2011

Selamat pagi
Mari bahagiakan kota
dengan membungkam klakson

# 2 \ 23 Agu 2011

Suara musholla
mengabarkan pagi
renjani sedari tadi

# 3 \ 24 Agu 2011

Antara aku dan pagi
terselip gigil
dan berlembar-lembar kantuk

# 4 \ 25 Agu 2011

Suara pagi adalah
gericik air
dari tetangga jauh

# 5 \ 26 Agu 2011

Gigil pagi
tertahan di balik pintu
terhembus di lubang kunci

# 6 \ 27 Agu 2011

Dimanakah basah embun
sebelum menyaput
sepenjuru pagi?

# 7 \ 28 Agu 2011

Hari sudah berganti
walau kalender
belum dirobek

# 8 \ 29 Agu 2011

Pagi sepi
tak ada tadarus
tak ada takbir

# 9 \ 30 Agu 2011

Sayup takbir pagi
sawah tebu
sepi

# 10 \ 31 Agu 2011

Pagi lebih silau
di kamar enggan
yang masih terlelap

# 11 \ 1 Sep 2011

Sesekali terdengar
kelepak burung pagi
berbasah embun

# 12 \ 2 Sep 2011

Pagi masih gelap
lewat di depan rumah
celoteh perempuan-perempuan ke pasar

# 13 \ 3 Sep 2011

Pagi menegur
lalu suara koran
jatuh di balik pagar

# 14 \ 4 Sep 2011

Pagi berdebu
rumput-rumput selokan
kering

# 15 \ 5 Sep 2011

Sesampai di Lawang
pagi pun
enggan pergi

# 16 \ 6 Sep 2011

Selamat pagi Lawang
derai mahoni memberi kabar
kemarau hari ini

# 17 \ 8 Sep 2011

Sesaat terdengar
riuh cerobong pabrik gula
pagi bergegas di Toelangan

# 18 \ 9 Sep 2011

Di teras belakang
pagi membekas pada
jemuran yang diam

# 19 \ 10 Sep 2011

Selalu saja ada
pagi tanpa gegas
langit terang bulan September

# 20 \ 11 Sep 2011

Pagi untuk semua
kepul nasi hangat
untuk bahagia

# 21 \ 12 Sep 2011

Selamat pagi
debu-debu
di dedaun kemangi

# 22 \ 13 Sep 2011

Tentang hujan semalam
derasnya terselip di jeriji
daun-daun mawar jambe

# 23 \ 14 Sep 2011

Hujan selintas
kembali debu-debu
jadi tanah

# 24 \ 15 Sep 2011

Gerimis sore merebah
di kota Lawang yang putih
sehangat teman lama

# 25 \ 16 Sep 2011

Diam itu
ketika gerimis lebih deras
dari derung mesin pabrik

# 26 \ 2 Okt 2011

Kemarau berpagi-pagi
remah-remah tanah pun
kembali jadi debu

# 27 \ 3 Okt 2011

Sepagi ini
burung mematuk biji
rumput yang tak jadi

# 28 \ 4 Okt 2011

Tulangan di selatan Oktober
matahari merendap
daun-daun tebu muda

# 29 \ 5 Okt 2011

Kemarau pun meredup
saat melintas sejenak
di Purwodadi

# 30 \ 6 Okt 2011

Desir kipas angin
serasa bunyi hujan
jatuh di tanah-tanah jauh

# 31 \ 7 Okt 2011

Musim manggarai
rumput kering berbagi
burung-burung dan sarangnya

# 32 \ 7 Okt 2011

Sore mendesir
begitu lembut
tahu-tahu malam meliput

# 33 \ 8 Okt 2011

Kemarau begitu larut
burung-burung berbagi sarang
di talang hujan

# 34 \ 11 Okt 2011

Selamat pagipagi
remangremang trembesi
sepanjang jalan tol

# 35 \ 16 Okt 2011

Cercuit burung ringkas-ringkas
selalu ada yang tak lelah
meski ditempa kemarau

# 36 \ 16 Okt 2011

Seleret Dares
antara Maghrib yang gerah
dan geting rumah

# 37 \ 17 Okt 2011

Pagi sekali lagi
jalanan masih putih
pupur kemarau

# 38 \ 18 Okt 2011

Semilir kipas angin
sepanjang malam
malam kemarau

# 39 \ 19 Okt 2011

Semakin kemarau
semakin tampak batu
batu kali Porong

# 40 \ 20 Okt 2011

Makin kemarau
makin berwarna
bunga-bunga bougenvile

# 41 \ 21 Okt 2011

Ada yang berjingkat
jingkat di kening
O.. terik pagi Toelangan

# 42 \ 22 Okt 2011

O peluh Oktober
matahari begitu tepat
bayangbayang begitu rapat

# 43 \ 23 Okt 2011

Diamdiam semalam
hujan memupus debu
jadi remahremah pasir

# 44 \ 24 Okt 2011

Selamat pagi
gegas hujan
di desa sebelah

# 45 \ 25 Okt 2011

Selamat pagi prenjak
sawah-sawah tebu
di selatan Toelangan

# 46 \ 26 Okt 2011

Di balik pendar-pendar
kabut: di kejauhan
pagi serasa rabun

# 47 \ 1 Nov 2011

Langit malam
aspal jalan
aku ditangkup gelap

# 48 \ 1 Nov 2011

Sepercah lampu jalan
di kembang-kembang semboja
malam lewat di Renjani

# 49 \ 2 Nov 2011

Dalam remangremang subuh
pohonpohon turi setampak
barisan jatijati

# 50 \ 2 Nov 2011

Subuh tak berhenti
di simpang Japanan
penyeberang bergegas

# 51 \ 2 Nov 2011

O ranting rapuh
O terjatuh
di udara subuh

# 52 \ 3 Nov 2011

Kabut tertahan
mengawang di pucuk
pucuk tebu muda

# 53 \ 6 Nov 2011

Terliput kabut
dusun-dusun di kejauhan
tampak begitu lelap

# 54 \ 7 Nov 2011

Menebak-nebak siapa
menyibak kabut tebal
jalanan Rejani

# 55 \ 7 Nov 2011

Pendar lampu trotoar
malam terpantul di aspal
jalanan Purwodadi gerimis

# 56 \ 8 Nov 2011

Adzan subuh
dan yang dinanti-nanti
gigil sisa rintik semalaman

# 57 \ 8 Nov 2011

Ada yang berbisik
saat gerimis tak terputus pagi
“tetaplah di sini”

# 58 \ 10 Nov 2011

Hujan tiba-tiba
kami terjenak
menatap jendela “hhh hujan”

***

22 Agustus 2011 – 10 November 2011