Dulu anak-anak tak tertarik makan tempe dan tahu. Tetapi, berkat tepung bumbu, mereka mau makan tempe tahu dengan lahap. Seolah sedang menyantap bistik daging atau ayam panggang.
Istilah terpelajarnya MSG atau monosodium glutamate. Orang perkotaan menyebutnya vetsin. Sedangkan saya dan istri: micin. Fungsinya sebagai penyedap rasa. Bakso yang ditaburi micin terasa lebih gurih. Sup jadi lebih sedap. Bahkan, sambal pun jadi lebih nendang. Pendek kata, jika para istri ingin masakannya dipuji suami, pakailah micin.
Istri saya juga begitu. Di dapurnya, selain garam, bawang, cabe dan terasi, selalu ada persediaan micin. “Tapi,” kata istri saya, “Aku pakainya sedikit. Cuma sejumput dua jumput.” Meski hanya seujung jari, jika dikalikan dengan jumlah ibu rumah tangga di seluruh Indonesia, jadi beratus-ratus ton. Bisa dibayangkan berapa besar omset pabrik micin. Pasti puluhan trilyun!
Ada beragam jenis micin. Ada micin biasa, berbentuk batangan kecil berwarna putih. Ada yang dicampur dengan bubuk daging ayam atau sapi. Jadilah, bumbu kaldu sup. Ada juga yang berupa tepung bumbu. Untuk yang terakhir ini, istri saya punya cerita.
Saat krisis ekonomi beberapa tahun lalu. Ketika harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi. Sedangkan uang belanja pas-pasan. Tepung bumbu jadi jalan keluar bagi istri saya. Waktu itu istri saya ingin menyuguhkan menu daging sapi. Karena harus berhemat, istri saya membeli tempe yang lalu digoreng dengan tepung bumbu rasa daging sapi. Hasilnya, tempe berasa daging sapi. Untuk mengakali rengekan anak-anak yang ingin makan daging ayam, istri saya memasak tahu dengan tempung bumbu rasa daging ayam. Bahkan, sayur bayam pun bisa digoreng dengan laburan tepung bumbu.
Anak-anak yang dulu tak tertarik sama tempe, tahu dan sayur, kini berkat tempung bumbu mereka mau melahapnya. Seolah sedang makan bistik daging atau bakso ayam. Istri saya tentu senang melihat anak-anak doyan makan. Yang tak kalah penting, uang dapur bisa ditekan.
Jadi, siapa bilang micin hanya sekedar bumbu dapur penyedap rasa? Ia bisa mengubah rasa. Ia bisa mengelabui pikiran kita. Micin bisa menipu panca indera. Bisnis micin adalah bisnis imajinasi.
Lalu masa krisis berlalu. Sedikit demi sedikit kami mampu lagi beli daging sapi, ayam atau fillet kakap. Apa yang terjadi? Istri saya tetap menggoreng tempe tahu dengan celupan tepung bumbu. Alasannya, anak-anak sudah terbiasa. Bagi anak-anak, tepung bumbu rasa daging sapi atau ayam lebih sedap ketimbang daging sapi atau ayam itu sendiri. Mereka tak percaya daging sapi atau ayam benar-benar berasa daging sapi dan ayam asli. Pada akhirnya, kita lebih percaya micin. Kita lebih percaya hyperreality.
8 April 2016