Etika Karyawan Memiliki Bisnis Sampingan

Mempunyai bisnis sampingan adalah angan-angan kebanyakan karyawan. Dapatkah kita menjalankannya tanpa merusak reputasi kita sebagai karyawan teladan?

Mempunyai bisnis sendiri adalah hak setiap orang. Sebagai karyawan, anda pun berhak mencari penghasilan tambahan dengan menjalankan bisnis sampingan. Persoalan karyawan yang memiliki bisnis sampingan bukan sekedar bagaimana bisa membagi waktu, melainkan menyangkut persoalan etika.

Mark Wexler, seorang profesor etika di Simon Fraser University, mengingatkan bahwa bisnis sampingan bisa meningkatkan income, tetapi juga bisa membahayakan karir karyawan. “Reputasi Anda berada dalam resiko besar,” demikian kata Profesor Wexler. “Anda mungkin dapat meningkatkan penghasilan dalam jangka pendek, namun kehilangan seluruhnya dalam jangka panjang.”

Berikut beberapa etika bagi karyawan yang memiliki bisnis sampingan.

1. Dahulukan kepentingan perusahaan.

Apakah perusahaan anda mempunyai aturan tentang bisnis sampingan? Meski perusahaan secara informal membolehkan karyawannya memiliki bisnis sampingan, namun sebagian besar perusahaan tidak “suka” karyawan “menduakan” waktunya bagi perusahaan dan bisnis pribadi. Selain alasan produktivitas, alasan lain adalah menyangkut soal aspek kerahasiaan informasi perusahaan dan hukum. Oleh karena itu, pastikan anda tidak melakukan kegiatan bisnis sampingan di jam kerja. Tetaplah fokus dan bekerja keras demi kepentingan perusahaan. Jagalah kepentingan dan rahasia perusahaan di tempat yang seharusnya.

2. Hindari konflik kepentingan.

Sangat tidak etis jika bisnis anda menjadi pesaing bagi perusahaan tempat anda bekerja. Juga tidak etis, anda bersaing dengan pemasok perusahaan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan perusahaan. Ini membuat anda sebagai karyawan tidak bisa bersikap profesional. Jangan pula berbisnis dengan pesaing-pesaing perusahaan tempat anda bekerja. Jangan menjadikan bisnis anda seperti “perusahaan” di dalam perusahaan. Terapkan praktek-praktek bisnis yang sehat dan fair. Anda perlu menjaga kondite anda. Jangan rusak itu demi tambahan penghasilan dari bisnis sampingan.

3. Terbukalah.

Langkah paling tepat adalah berbicara secara terbuka mengenai bisnis pribadi anda. Lebih baik atasan anda mengetahui keberadaan bisnis anda dari anda sendiri ketimbang dari orang lain. Jelaskan bisnis anda secara baik. Biarkan atasan anda menilai apakah bisnis anda tidak mengganggu bisnis perusahaan. Jika perusahaan keberatan dengan bidang bisnis anda, percayalah masih terbuka luas peluang usaha yang lain.

4. Hindari masalah-masalah legal.

Anda menemukan formula baru yang Anda kerjakan di laboratorium milik perusahaan. Pertanyaannya, siapakah pemilik hak cipta atas formula tersebut? Apakah Anda dapat begitu saja menjual produk dengan formula tersebut melalui perusahaan pribadi Anda? Anda harus mempertimbangkan aspek-aspek legal yang biasanya cukup rumit. Sebaiknya menjauh dari area abu-abu dan selalu melakukan konsultasi dengan bagian hukum perusahaan Anda. Contoh kasus: Jika anda seorang chef di sebuah restoran dan tahu resep rahasia masakan tertentu, apakah anda akan melayani pesanan serupa secara pribadi? Lebih baik bersikap “tidak” daripada permisif demi reputasi baik anda.

5. Miliki peralatan kerja terpisah.

Jangan gunakan fasilitas kantor untuk keperluan bisnis sampingan anda. Meski perusahaan membolehkan anda menggunakan fasilitas kantor untuk keperluan pribadi sampai batas tertentu, sebaiknya anda tetap mempunyai peralatan kerja yang terpisah. Jika anda terpaksa menggunakan fasilitas kantor, anda harus meminta ijin dan membayarnya sesuai dengan kesepakatan. Jika anda ingin mendapatkan penghasilan tambahan, anda harus bersedia mengeluarkan biaya tambahan. Logis bukan?

Selain masalah etika, anda perlu memperhatikan kemampuan, termasuk daya tahan tubuh anda. Jika anda jatuh sakit karena terlalu keras mengerjakan usaha sampingan, apakah perusahaan tempat anda bekerja rela mengganti biaya pengobatannya?

Agar anda tidak bekerja terlalu berlebihan dalam bisnis pribadi, anda perlu mempunyai tujuan lebih dari sekedar mendapatkan penghasilan tambahan. Misal, anda ingin mengembangkan ide dan bakat yang tidak tersalurkan di perusahaan tempat anda bekerja. Dengan demikian anda akan menemukan kesenangan yang lebih berkualitas. Selamat berbisnis sampingan sekaligus tetap menjadi karyawan teladan.